Selasa, 28 Januari 2014

MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI SISWA


Rasa percaya diri (self confident) merupakan komponen penting untuk kehidupan yang berhasil. Rasa percaya diri membuat orang berani mengambil inisiatif dan menerima resiko, sehingga orang berani memulai suatu kegiatan, proyek atau bisnis. Rasa percaya diri juga membuat orang lebih mudah dan lebih cepat pulih ketika mengalami kegagalan dalam usahanya. Karena itu salah satu tujuan penting pendidikan adalah membangun rasa percaya diri suswa.
Sayangnya sistem pendidikan kita yang memaksa siswa pasif dan lebih banyak mendengarkan tidak membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri. Malahan siswa merasa bodoh mendengarkan guru mempertunjukkan pengetahuannya yang banyak. Pendidikan seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang rendah diri, canggung dan tidak kompeten.
Hal ini sudah disadari oleh para pendidik di Amerika Serikat di awal tahun 1990-an.  Tetapi mereka salah menafsirkan self confident dengan self esteem.  Self esteem berarti anak menilai dirinya berharga pada dirinya sendiri. Rasa berharga ini merupakan hak yang diterima anak tanpa alasan apapun, hanya karena dia manusia.  Para pendidik di sana berpendapat bahwa anak yang memiliki self esteem tinggi akan lebih termotivasi untuk berusaha dan dengan demikian akan mempunyai peluang untuk berhasil dalam kehidupannya. Karena itu pendidik perlu mengembangkan self esteem anak.  Gerakan self esteem ini mendorong guru untuk memberika pujian sebanyak-banyaknya. Ada juga usulam agar anak mengulang-ulang afirmasi "I am the best. I am the best. I am the best...." atau "I am valuable...
I am valuable...I am valuable..."  
Penelitian selanjutnya ternyata menunjukkan bahwa usaha ini tidak memberikan hasil yang diharapkan. Pujian dan afirmasi yang berlebihan ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap rasa percaya diri anak. Afirmasi yang tidak diikuti dengan usaha hanya akan menghasilkan anak-anak yang delusioned (hidup dalam khayalan).
Rasa percaya diri juga tidak bisa ditumbuhkan dengan menjelek-jelekkan orang lain, supaya saya terlihat hebat. Hal ini dilakukan oleh beberapa sekolah yang menyatakan diri sebagai sekolah unggulan dan memandang rendah sekolah-sekolah yang bukan unggulan. Guru mungkin mau memotivasi siswa dengan menunjukkan betapa buruknya sistem pendidikan di sekolah-sekolah yang lain. Tetapi ternyata ini hanya akan menimbulkan kebencian dan kesombongan, tanpa pengaruh yang positif terhadap rasa percaya diri anak.
Rasa percaya diri yang sejati ditumbuhkan dengan mengembangkan ketrampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan. Untuk itu anak perlu berlatih bersama fasilitator atau coach yg kompeten, tetapi yang juga dapat menerima kegagalan sementara, sambil mengharapkan yang terbaik dari siswanya. Siswa dan coach harus menetapkan tujuan belajar yang sesuai untuk masing-masing anak, dan berkomitmen untuk mencapai tujuan itu walau berapa banyakpun kegagalan yang akan dialami dalam prosesnya. Inilah yang akan membantu membangun rasa percaya diri anak, yaitu komitmen untuk terus berusaha walaupun melalui banyak kegagalan. Proses yang terlalu mudah justru kurang efektif dalam mengembangkan rasa percaya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar