Selasa, 26 Januari 2010

APPRECIATIVE INQUIRY UNTUK PENGEMBANGAN DIRI

Kita hidup di era yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat dalam setiap bidang kehidupan. Perubahan yang cepat menuntut setiap individu untuk berubah.

Ada dua pendekatan dalam mengelola perubahan: (1) problem solving approach yang menekankan bahwa perubahan hanya dilakukan apabila ada masalah yang mengancam kelangsungan hidup atau menghambat aktualisasi diri. (2) developmental approach yang menekankan bahwa setiap individu perlu berkembang terus menerus walaupun tidak ada ancaman. Setiap individu perlu mengantisipasi setiap perkembangan dengan melakukan perubahan-perubahan, sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya masalah, atau memperkecil dampak masalah yang mungkin timbul.

Salah satu contoh developmental approach adalah appreciative inquiry, yaitu sebuah pendekatan yang menawarkan proses untuk secara positif mengeksplorasi, secara kolektif berimajinasi, merancang, dan melangkah ke masa depan. AI dimulai dengan melihat kekuatan sumber daya yang dimiliki, dan memanfaatkan kekuatan tersebut untuk mencapai masa depan yang lebih baik.


Prinsip-prinsip Dasar Appreciative Inquiry

Ada delapan prinsip yang mendasari appreciative inquiry, yaitu:

1. Constructionist Principle: Pemikiran dan kata-kata menciptakan dunia. Bahasa yang kita gunakan membentuk realitas kita. AI sebagai sebuah metodologi untuk melaksanakan perubahan didasarkan pada kekuatan kata-kata untuk menciptakan realitas.

2. Simultaneity Principle: Menurut prinsip ini, penyelidikan dan perubahan bersifat simultan: penyelidikan menghasilkan perubahan. Perubahan terjadi pada saat kita mengajukan pertanyaan.

3. Poetic Principle: Salah satu cara yang paling kuat untuk mempengaruhi dunia adalah melalui metafora yang kita pilih untuk menggambarkan realitas. Misalnya, kita dapat mengambarkan kehidupan sebagai medan pertempuran atau sebagai sebuah perjalanan atau bahkan sebagai tarian. Setiap metafora secara cepat menstimulasi seperangkat gambaran yang hidup.

4. Anticipatory Principle: Kesuksesan dan kegagalan sangat bergantung pada gambaran masa depan yang kita bangun. Gambaran yang memberikan motivasi dapat mendorong tindakan yang berpengaruh, positif dan kolektif.

5. Positive Principle: Segala sesuatu di alam semesta ini ditarik menuju hal-hal yang positif. Pikiran yang difokuskan pada hal-hal yang positif memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan. Emosi yang positif akan memberi inspirasi untuk melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

6. The Wholeness Principle: Keutuhan memberikan kekuatan yang besar dan menghasilkan yang terbaik bagi orang-orang dan organisasi. Keutuhan muncul dari kemampuan untuk memahami, menerima dan menikmati perbedaan. Perbedaan justru dianggap sebagai kekuatan.

7. The Enactment Principle: Prinsip ini menyatakan bahwa untuk menjadi “sesuatu” kita harus bertindak seolah-olah “sesuatu” itu. Untuk benar-benar membuat sebuah perubahan kita harus “menjadi perubahan yang ingin kita lihat”, atau kita harus menjadi model untuk perubahan itu. Seperti apakah keadaannya ketika perubahan itu terjadi?

8. The Free Choice Principle: Pilihan bebas menghasilkan kekuatan. Orang akan menjadi lebih baik dan lebih berkomitmen kalau diberi kebebasan untuk memilih apa yang dapat mereka berikan dan bagaimana mereka memberi kontribusi. Kebebasan memilih menghasilkan antusiasme dan komitmen, dan mendorong kinerja yang lebih baik.


Langkah-langkah Appreciative Inquiry

Ada empat langkah dalam appraciative inquiry, yaitu: (1) discovery, (2) dream, (3) design, dan (4) delivery.

Tahap dicovery adalah tahap pencarian untuk menemukan yang terbaik dari apa yang telah terjadi atau dikerjakan. Tahap ini dimulai dengan penyusunan pertanyaan bagi wawancara AI dan menyusun panduan wawancara AI. Pertanyaan-pertanyaan AI ditulis sebagai penelaahan afirmatif ke dalam inti positif organisasi. Contoh pertanyaan yang dapat dipakai dalam tahap discovery adalah: Kapan saya merasa paling bangga dengan diri saya sendiri? Apa yang terjadi? Bagaimana situasinya? Siapa yang terlibat? Apa yang saya anggap paling bernilai dalam diri saya? Apa yang membuat saya tetap bersikap positif, bersemangat dan terinspirasi? Tiga hal positif apa yang saya harapkan akan terjadi dalam kehidupan saya?

Tahap dream adalah sebuah eksplorasi yang memberi kekuatan mengenai “apa yang mungkin”. Tujuan dari tahap dream ini adalah untuk mengidentifikasi dan menyebarkan gambaran-gambaran yang bersifat generatif, afirmatif, dan memberikan pengharapan di masa depan. Pada tahap dream individu berusaha menyusunan visi pribadi. Contoh pertanyaan yang dapat dipakai dalam tahap dream adalah: Bagimanakah gambaran kehidupan saya empat tahun yang akan datang? Bagaimana orang-orang akan tertarik untuk bekerja sama dengan saya? Mengapa orang-orang senang menjadi bagian dari usaha saya? Tiga kata apa yang dapat menggambarkan kehidupan saya empat tahun yang akan datang? Mengapa saya memilih tiga kata tersebut?

Tahap design melibatkan penentuan pilihan mengenai “apa yang seharusnya”. Tahap ini adalah tahap di mana terjadi penciptaan kembali atau transfomasi yang dilakukan secara sadar. Contoh pertanyaan yang dapat dipakai dalam tahap design adalah: Posisi/Karir apa yang paling tepat memaksimalkan hal-hal yang positif di dalam diri saya dan mempercepat tercapainya impian saya? Dengan siapa saja saya perlu membangun jaringan? Sumber daya apa saja yang diperlukan untuk mencapai impian saya? Dari mana saya dapat memperoleh sumber daya yang saya perlukan?

Tahap delivery/destiny memulai serangkaian tindakan yang mendukung terjadinya perubahan ke arah yang diimpikan. Contoh pertanyaan yang dapat dipakai dalam tahap design adalah: Tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan guna mencapai apa yang saya impikan? Bagaimana saya dapat tetap bersemangat melakukan apa yang diperlukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar